Banyak UMKM tergiur dengan iklan seperti ini:
“Jasa pembuatan website hanya 500 ribu!”
Tapi setelah jalan, muncul tambahan ini-itu:
bayar hosting, domain, plugin, revisi, sampai maintenance.
Akhirnya biaya total malah lebih mahal dari vendor profesional.
Supaya kamu nggak salah langkah, yuk bahas apa saja biaya tersembunyi yang sering muncul dalam pembuatan website — dan bagaimana cara mengantisipasinya.
1. Biaya Domain dan Hosting
Domain dan hosting adalah pondasi website.
Tanpa ini, website kamu nggak bisa online.
Banyak penyedia jasa menulis harga pembuatan website tanpa menyebutkan biaya domain & hosting,
padahal ini dua hal wajib yang harus diperpanjang setiap tahun.
Komponen | Kisaran Biaya Tahunan |
---|---|
Domain (.com) | Rp 150.000 – Rp 250.000 |
Domain (.id) | Rp 300.000 – Rp 500.000 |
Hosting | Rp 500.000 – Rp 1.500.000 |
SSL (Keamanan) | Rp 0 – Rp 200.000 (sering gratis di vendor profesional) |
Solusi:
Pastikan vendor memberikan rincian harga tahunan di awal — bukan setelah website jadi.
2. Biaya Revisi dan Penyesuaian Tambahan
Ini salah satu sumber biaya tersembunyi paling sering.
Vendor biasanya hanya memberi 2–3 kali revisi, setelah itu ada biaya tambahan.
Kalau kamu ingin ubah warna, tambah halaman, atau ganti foto-foto — bisa dikenakan biaya revisi tambahan.
Solusi:
Sebelum mulai proyek, tanyakan:
“Berapa kali revisi yang termasuk dalam paket?”
“Apakah revisi minor (seperti ganti foto atau teks) juga dihitung revisi?”
Vendor profesional biasanya transparan — bahkan memberi panduan agar revisi efisien.
3. Biaya Maintenance (Perawatan Website)
Website perlu diperbarui secara berkala agar aman dan berjalan lancar.
Beberapa vendor lepas tangan setelah website online — padahal maintenance penting untuk:
- update plugin,
- backup data,
- optimasi keamanan.
Solusi:
Tanyakan apakah maintenance sudah termasuk dalam paket, dan berapa biaya perpanjangannya.
Biasanya berkisar antara Rp 300.000 – Rp 800.000 per tahun.
4. Biaya Tambahan Fitur
Saat proyek berjalan, sering muncul kebutuhan baru:
- Tambah form kontak,
- Integrasi WhatsApp,
- Fitur booking,
- Atau plugin toko online.
Kalau dari awal tidak dibahas, fitur ini bisa jadi biaya tambahan mendadak.
Solusi:
Jelaskan dengan rinci kebutuhan kamu sejak awal.
Lebih baik bayar sedikit lebih mahal di depan, tapi jelas, daripada murah di awal dan “bocor” di tengah jalan.
5. Biaya Copywriting atau Pengisian Konten
Website tanpa konten bagus ibarat rumah tanpa perabot.
Masalahnya, banyak vendor hanya membuat “struktur website”, bukan isi teks dan gambarnya.
Akhirnya klien harus menulis sendiri semua isi website — yang justru makan waktu dan hasilnya kurang optimal.
Solusi:
Tanyakan apakah paket jasa sudah termasuk copywriting dan pengisian konten awal.
Biasanya jasa profesional sudah menyediakan layanan ini agar website langsung siap digunakan.
6. Biaya Desain Tambahan atau Penyesuaian Branding
Kalau kamu ingin desain yang sesuai identitas merek (warna, logo, tone bisnis),
vendor mungkin perlu waktu lebih banyak untuk kustomisasi.
Sebagian vendor hanya memberikan template standar.
Kalau ingin full custom, bisa dikenakan biaya tambahan Rp 1–3 juta tergantung kompleksitas.
Solusi:
Tanyakan apakah desain yang ditawarkan template-based atau custom design.
7. Biaya Perpanjangan dan Support
Setiap tahun, kamu wajib memperpanjang domain dan hosting.
Beberapa vendor menambahkan biaya jasa perpanjangan, misalnya Rp 500–900 ribu per tahun.
Solusi:
Mintalah akses langsung ke panel domain dan hosting agar kamu bisa perpanjang sendiri jika mau.
Vendor profesional tidak akan menahan akses domain milik kliennya.
Kesimpulan
Harga murah tidak selalu berarti hemat.
Sering kali, biaya tersembunyi justru membuat total pengeluaran membengkak.
Website yang benar-benar profesional seharusnya:
- Menyediakan rincian harga lengkap,
- Menjelaskan apa yang sudah termasuk dan belum termasuk,
- Serta memberikan dukungan jangka panjang.
Kalau kamu ingin aman, transparan, dan dapat hasil yang nyata,
💡 gunakan jasa pembuatan website profesional yang terbuka sejak awal soal biaya dan fitur.
FAQ
Beberapa biaya yang sering luput dijelaskan vendor:
Domain dan hosting tahunan (biasanya terpisah dari biaya pembuatan)
Maintenance rutin setelah website jadi
Perpanjangan plugin premium atau tema berlisensi
Update keamanan dan backup data
Perubahan desain tambahan di luar revisi awal
Hal-hal kecil ini bisa menumpuk dan membuat total biaya jauh lebih besar dari penawaran awal.
Tidak semua.
Penyedia yang profesional seperti Gowebbagus.id biasanya sudah mencantumkan rincian biaya transparan sejak awal:
Biaya pembuatan
Domain dan hosting
Maintenance
Dukungan teknis
Vendor profesional akan menjelaskan batasan dan estimasi biaya tambahan secara jelas di awal perjanjian.
Ada tiga langkah mudah untuk menghindarinya:
Minta proposal dan kontrak kerja yang jelas.
Tanyakan semua biaya tahunan (domain, hosting, plugin, maintenance).
Pastikan ada SLA (Service Level Agreement) yang menjelaskan tanggung jawab setelah website selesai.
Dengan begitu, kamu tahu betul apa yang kamu bayar dan tidak akan “kaget” di tengah jalan.
Karena maintenance bersifat layanan berkelanjutan.
Biaya pembuatan hanya mencakup tahap pembangunan awal, sedangkan maintenance mencakup:
Update sistem dan plugin
Keamanan server
Backup data
Optimasi performa
Tanpa maintenance, website bisa menurun performanya setelah beberapa bulan online.
Iya — beberapa biaya tambahan justru bernilai tinggi untuk jangka panjang, seperti:
SSL premium untuk keamanan dan kepercayaan pelanggan
CDN (Content Delivery Network) agar website lebih cepat diakses global
Layanan SEO dasar agar website mudah ditemukan di Google
Biaya ini bukan sekadar tambahan, tapi investasi untuk kinerja dan kredibilitas website.