Membuat konten sosial media terkadang tidak sesuai dengan harapan, apa penyebabnya, berikut beberapa penjelasannya :
1. Sosial Media Hebat, Tapi Rentan
Banyak pelaku UMKM mengira cukup punya akun Instagram atau TikTok untuk jualan. Memang benar, sosial media bisa bantu membangun awareness, tapi semua itu bukan milik kita sepenuhnya. Suatu hari algoritma berubah, reach menurun, dan akun bisa kena suspend tanpa peringatan. Dengan website, kamu punya kendali penuh atas aset digital sendiri — mulai dari data pelanggan, tampilan brand, hingga sistem penjualan.
2. Website Adalah Rumah Utama, Sosial Media Cuma Pintu
Bayangkan kamu punya toko, tapi semua pengunjung cuma berhenti di depan pintu tanpa pernah masuk. Nah, begitu juga dengan sosial media. Konten bisa viral, tapi tanpa website, pelanggan tidak tahu harus ke mana membeli, melihat katalog, atau menghubungi kamu. Website bertugas sebagai pusat konversi tempat orang akhirnya percaya dan melakukan tindakan: beli, daftar, atau konsultasi.
3. Kredibilitas dan Kepercayaan Naik Berkali Lipat
Menurut riset Datareportal, 75% calon pembeli mencari informasi melalui Google sebelum memutuskan beli. Kalau bisnis kamu tidak muncul di hasil pencarian, kamu kehilangan peluang besar. Website profesional menambah kepercayaan karena terlihat resmi, terverifikasi, dan lengkap dengan kontak bisnis.
4. Website Bisa Ditracking dan Dioptimasi
Media sosial hanya menunjukkan like dan komentar. Website bisa menunjukkan data lebih dalam:
- Berapa pengunjung per hari
- Halaman mana yang paling dilihat
- Dari mana asal traffic (Google, IG, TikTok, WhatsApp)
Data ini membuat keputusan marketing kamu jauh lebih strategis. Itulah kenapa jasa pembuatan website profesional kini menjadi investasi wajib untuk bisnis yang ingin naik level.
5. Sosial Media + Website = Kombinasi Terbaik
Bukan berarti sosial media tidak penting. Justru gabungan keduanya yang paling kuat. Gunakan sosial media untuk menarik perhatian, dan arahkan traffic ke website untuk mengubah perhatian menjadi transaksi.
Contoh sederhana:
- Bio Instagram → link ke halaman promo di website
- Video TikTok → CTA “lihat detail di website”
- WhatsApp Broadcast → link ke landing page produk
Kesimpulan
Sosial media membangun interaksi, tapi website membangun kepercayaan dan penjualan jangka panjang. Kalau kamu sudah rajin ngonten tapi belum punya website profesional, mungkin inilah waktu yang tepat untuk mulai.
FAQ
Karena sosial media bersifat sementara dan bergantung pada algoritma. Konten bisa viral hari ini, tapi tenggelam besok. Sementara website adalah aset digital milik kamu sendiri, di mana semua trafik, data pelanggan, dan konten bisa dikontrol penuh tanpa takut perubahan algoritma platform.
Bukan hanya bisa bahkan lebih terukur dan stabil. Website memungkinkan kamu membuat alur konversi (sales funnel) yang jelas: mulai dari konten edukatif → halaman produk → checkout → email follow-up. Dengan tools seperti Google Analytics dan Pixel Tracking, setiap interaksi bisa diukur, bukan sekadar “like” atau “komentar”.
Strateginya:
– Gunakan CTA (Call to Action) yang jelas di setiap konten sosial media
– Tawarkan lead magnet seperti e-book, katalog, atau promo khusus di website
– Buat link bio atau landing page yang mengarahkan ke halaman konversi
Dengan begitu, sosial media berfungsi sebagai gerbang awal traffic, sementara website jadi tempat konversi dan transaksi terjadi.
Di awal, iya — tapi hasilnya lebih konsisten dan jangka panjang. Trafik dari SEO dan konten website bisa terus mengalir selama berbulan-bulan tanpa biaya iklan tambahan. Sementara di sosial media, kamu harus terus bayar ads atau posting rutin agar tetap terlihat. Website adalah investasi digital; sosial media lebih seperti kampanye sementara.
Justru wajib. Followers tidak sama dengan pelanggan.
Dengan website, kamu bisa:
– Mengumpulkan database email pelanggan
– Membuat toko online atau booking system sendiri
– Menampilkan portofolio profesional
– Memisahkan audiens dari noise sosial media
– Website membantu mengubah followers menjadi pelanggan loyal.